Kecelakaan pesawat angkut jenis C-130 Hercules Alpha 1325 milik TNI AU yang terjadi di Desa Geplak, Karas, Megetan, Jawa Timur, Rabu (20/5) pagi ini, diawali dengan copotnya salah satu sayap pesawat. Kesaksian ini diungkapkan Agus Yulianto, warga Desa Geplak yang sempat melihat proses sebelum jatuhnya pesawat sekitar pukul 06.00 pagi. Menurut Agus, sejak sekitar dua kilometer arah utara dari lokasi kecelakaan, pesawat sudah terlihat oleng. “Ada yang berjatuhan, seperti mur dan baut dari pesawat itu. Juga ada asap dari bagian pesawat itu,” kata Agus. “Terus sekitar 500 meter sebelum pesawat jatuh, salah satu sayap copot. Pesawat makin menukik dan akhirnya jatuh menimpa dua rumah.
Di lapangan, warga sekitar masih memadati lokasi kecelakaan. Belum diperoleh informasi resmi mengenai jumlah korban yang tewas dalam musibah ini. Namun, sejak pagi tadi, petugas dari TNI AU, Polwil Madiun, dan Polres Magetan bergantian mengambil janazah dari lokasi kejadian. Informasi sementara dari RS Iswahyudi, dari 70 korban yang dilarikan ke rumah sakit, 57 di antaranya dipastikan tewas. Adapun dari dua rumah yang tertimpa pesawat, ada satu korban yang dipastikan tewas. Kedua rumah itu dihuni sembilan orang, dalam kondisi kedelapan lainnya belum diketahui nasibnya.
Selain itu, juga tidak ditemukan kartu identitas sehingga menyulitkan petugas untuk mengidentifikasi korban. Petugas hanya mengandalkan pakaian atau asesoris yang dipakai korban tewas sebagai acuan untuk mengidentifikasi. Sementara itu, Direktur Utama RSUD dr Soedono, Madiun dr Dodo Anondo MPH mengatakan dari 15 korban yang selamat, 11 orang di antaranya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedono, Madiun. Sedangkan empat lainnya dirawat di RS TNI AU Lanud Iswahyudi. “Ada lima korban, di antaranya mengalami luka di bagian kepala dan gegar otak, bahkan ada yang perlu menjalani CT-Scan,” katanya.
Ke-11 korban yang dirawat di RSUD dr Soedono, Madiun adalah Mayor Lekahena (41) co-pilot dirawat di ruang ICU, Ny Mia (30) dioperasi di ruang ROD, Umi Kusuma (25) dioperasi di ruang IPI (instalasi perawatan intensif), Mr X (40) dirawat di ruang ICU, Jeri (3) dioperasi di ruang IPI, Prada Purwanto (24) asal Sewon Bantul, Yogyakarta dirawat di ruang ROD. Selain itu, Angga (balita) dirawat di ICU, Warsito (35) asal Sukoharjo, Jateng yang dirawat di ruang ROD, Sulasmin (30) penduduk yang rumahnya tertimpa pesawat dirawat di ruang ROD, Serka Susanto (33) asal Ngawi, Jatim dirawat di ruang ROD, serta Mayor Dedi Fahrudin. “Empat korban selamat lainnya yang dirawat di RS TNI AU Lanud Iswahyudi yakni Serka Agus Juwarsa, Serka M Saputra, Serma Rudi, dan Anggun (2),” katanya. Angga yang mengalami gegar otak terlihat siuman dan menangis sekitar pukul 15.00 WIB, Rabu. “Kasihan anak itu, ibunya tewas dan dua kakaknya juga tewas. Sedangkan ayahnya tugas di luar Jawa,” kata salah seorang perawat di rumah sakit itu.
Hingga Rabu malam penyebab jatuhnya pesawat Hercules itu belum diketahui. “Penyebabnya belum diketahui, karena masih diselidiki TNI AU,” kata Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Suwarno SIP MSc setelah menengok 11 korban selamat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedono, Madiun. Ia mengatakan rute penerbangan yang sudah rutin itu dari Halim Perdanakusumah (Jakarta), Lanud Iswahyudi (Magetan), Lanud Hasanuddin (Makassar), dan berakhir di Lanud Biak (Papua). “Penerbangan rutin itu dilakukan untuk patroli dan cek udara dengan mengikutsertakan sejumlah anggota TNI AU, keluarga warga sipil yang kembali ke lokasi temnpat tugas yakni Malang, Madiun, Makassar dan Biak,” katanya.
Namun, kata dia, pesawat Hercules yang jatuh di persawahan di Magetan itu tidak sedang dalam posisi untuk melakukan pendaratan. Sementara itu, Wakil Presiden M Jusuf Kalla di Jakarta mengatakan jatuhnya pesawat angkut jenis Hercules C130 milik TNI AU ini terjadi akibat tidak adanya anggaran yang cukup untuk pembelian Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) di Indonesia.
“Itu akibat tidak diberikan porsi yang cukup untuk alutsista kita. Alutsista yang dimiliki TNI-AU sebagaian besar sudah tua usianya, dan dibeli ketika zaman (alm) Jenderal M Jusuf. Karena itu ke depan anggaran alutsista harus segera dipenuhi,” katanya. Apalagi, kata wapres, untuk pesawat angkut jenis Hercules tidak hanya digunakan untuk perang, tetapi juga untuk tugas-tugas kemanusian pada masa damai. Senada dengan itu, anggota Komisi I (bidang pertahanan dan luar negeri) DPR RI Yuddy Chrisnandi mengatakan jatuhnya pesawat Hercules TNI AU di Desa Geplak, Magetan tersebut merupakan konsekuensi penggunaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang sudah tua.
“Kita prihatin. Jatuhnya pesawat Hercules adalah musibah yang apabila dirunut sebagai konsekuensi penggunaan alutsista udara yang sudah berumur tua, serta ketidakcukupan biaya perawatan.” katanya. Tiga hal yang menjadi faktor penyebab jatuhnya Hercules C-103 karena umur alutsista tua, minimnya anggaran perawatan dan adanya kemungkinan suku cadang pesawat yang dikanibal.
Baca Selengkapnya..