PAGAR ALAM - Bukan bermaksud menakut-nakuti warga Pagaralam dan sekitarnya namun Ketua Pos Pemantau Gunung Api Dempo Slamet punya prediksi kuat tentang aktivitas gunung berapi itu. Jika gempa tremor berkekuatan 15 milimeter terus terjadi ditunjang gempa tektonik dan vulkanik maka kemungkinan besar gunung api itu akan meletus. Pasalnya, sejak terjadinya letusan freatik, Kamis (21/5) pukul 15.59 dengan amplitude 49 yang berlangsung selama 300 detik hingga, Senin (25/5) terus terjadi gempa tremor. Bahkan kekuatan gempa tremor itu mencapai 16 milimeter. Slamet mengaku bingung membaca aktivitas Gunung Dempo dalam beberapa hari terakhir ini. Gempa tremor yang terus menerus tidak diiringi gempa vulkanik dan tektonik. Hanya pada 23 Mei terjadi 1 kali gempa tektonik jauh, 1 kali vulkanik A dan B ditambah 1 kali embusan. Setelah itu gempa tremor. Dengan demikian membuat pihaknya terus meningkatkan pantauan dan berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi Bandung. Slamet mengimbau kepada masyarakat termasuk para pendaki agar tidak melakukan aktivitas yang berdekatan langsung dengan puncak Dempo. Sebab, saat ini aktivitas Gunung Api Dempo terus terjadi sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi hal-hal lain yang kemudian dapat membahayakan pendaki. Ditambahkan Mulyadi, saat ini kondisi alat seismik yang terpasang di puncak Dempo dalam kondisi baik karena masih mengirim sinyal ke seismograf. Meskipun sempat tertutup belerang akibat letusan freatik, lanjut Mulyadi, jika hujan alat tersebut akan kembali bersih. Risikonya alat itu bisa berkarat. Kaban Kesbang Linmas dan Penanggulangan Bencana Alam Pemkot Pagaralam, H Hamlian Masir SH yang dihubungi terpisah mengungkapkan, untuk saat ini semua sudah disiagakan bila kemungkinan terjadi bencana alam tidak terduga. Termasuk kemungkinan Gunung Dempo meletus. Pintu masuk ke puncak Dempo juga semakin diperketat agar para pendaki yang ingin naik ke puncak tidak mendaki. “Kami dalam kondisi siaga. Kami juga sudah menyiapkan Sarkorlak pengendalian bencana. Mulai dari kelurahan hingga tingkat kota. Siapa pun dilarang keras mendaki. Kami khawatir gunung akan meletus. Sebab sebelum mengeluarkan abu Gunung Dempo sempat menyemburkan api warna merah,”ungkapnya. Sejarah letusan Gunung Dempo tercatat sejak tahun 1818 dan hingga kini telah terjadi sebanyak 20 kejadian letusan. Letusan terakhir terjadi pada 26 September 2006, frekuensi letusan tidak teratur, periode istirahat dan periode letusannya tidak tetap. Jangka waktu terpendek istirahatnya satu tahun sedangkan periode terpanjangnya 26 tahun. Karakter letusan gunung itu berupa letusan freatik yang berlangsung tiba-tiba dalam waktu singkat. Sifat letusan Dempo selalu mengeluarkan lumpur belerang, piroklastik halus dan air dari danau kawah yang cukup membahayakan bagi daerah sekitarnya. Dampak bahaya letusannya umumnya bersifat lokal dan tersebar di sekitar pusat letusan. doc. sripo
GUNUNG DEMPO MELETUS
Label:
TAGANA NEWS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar